1. Electronic
Control Unit (ECU)
ECU merupakan microcomputer yang berfungsi untuk mengontrol system kelistrikan
pada kendaraan. ECU sering juga disebut Electronic
Control Module (ECM) dan Electronic
Management System (EMS) karena bagian tersebut yang mengatur system secara
elektronok.
Gambar : Sistem Pada Komputer
Input ECU dari sensor-sensor yang telah
dibahas diatas, sensor tersebut dikelompokkan menjadi 2 (dua) yaitu:
a.
Sensor
Dengan Signal Analog
Signal dengan perubahan kontinyu, Misal :
·
Intake Air Temperature Sensor.
·
Air Flow Meter.
·
Throttle Position Sensor.
·
MAP Sensor.
·
Water Temperature Sensor.
·
Knock Sensor Maupun NE Signal.
Signal dari sensor tersebut dirubah menjadi
rangkaian A/D converter menjadi signal digital.
Gambar : Mengubah Signal Analog Menjadi Digital
b.
Sensor
Dengan Signal Digital
Signal digital yaitu signal dengan 2
kondisi, Yaitu : 0 atau 1, ON–OFF, atau Tinggi-Rendah. Misal : Starter signal,
ECU akan mendapat signal “1” saat mesin distarter dan mendapat signal “0” saat
mesin mati atau sudah hidup demikian pula bila AC hidup. Distributor signal
tipe photo diode menghasilkan signal digital karena membangkitkan signal
gelombang kotak.
Gambar :
Kontruksi ECU
Sensor-sensor member masukan ke
microcomputer. Berdasarkan masukan tersebut microcomputer melakukan proses
penghitungan dan penyesuaian sesuai dengan program-program yang ada, guna
menentukan signal keluar ke actuator.
Pada bagian
microcomputer terdapat bagian :
1. CPU (Central Processing Unit)
Melakukan
proses penghitungan data masukan dan menyimpan data tersebut sesuai dengan
program yang tersimpan pada ROM.
2. ROM (Read Only Memory)
Menyimpan
program dan data yang diperlukan untuk proses penghitungan. Meskipun power OFF
isi program tetap tersimpan, tetapi isi program tidak dapat ditulis kembali.
3. RAM (Random Access Memory)
Menyimpan
data sementara saat kendaraan beroperasi, ketika power OFF maka data akan
terhapus.
Output
Circuit pada ECU merupakan rangkaian untuk proses penguatan signal sehingga
actuactor dapat difungsikan. Rangkaian tersebut biasanya sebuah transistor yang difungsikan sebagai saklar (switching).
Gambar :
Rangkaian Penguat Pada ECU
2. ACTUACTOR
Actuactor merupakan bagian yang
dikontrol oleh ECU guna melakukan aksi sesuai signal dari ECU. Igniter
dikontrol oleh ECU untuk menentukan sudut dwell dan saat pengapian, injector
dikontrol oleh ECU untuk saat
injeksi, menentukan durasi dan pola injeksi bahan bakar, vacuum switch valve
(VSV) dikontrol oleh ECU sebagai idle up control (ISC). Pompa bahan hanya
berfungsi atau ON saat mesin distarter dan saat mesin sudah hidup, saat kontak
OFF atau kontak ON namun mesin mati maka relay akan OFF. Pompa akan berfungsi
bila relay berfungsi. Fungsi relay pompa dikontrol olek kunci kontak
saatstarter, switch pada air flow meter dan ECU. Engine check indicator
dikontrol oleh ECU untuk memberikan kode dengan jumlah kedipan (lampu ON/OFF)
sesuai dengan gangguan yang terjadi.
a. Igniter
Igniter merupakan komponen pokok
pada system pengapian. Fungsi igniter ini untuk menghubungkan dan memutuskan
aliran listrik pada primer koil sehingga koil pengapian menghasilkan induksi
tegangan tinggi pada sekunder koil, induksi tegangan tinggi selanjutnya
dialirkan ke busi sehingga busi menghasilkan percikan api untuk membakar
campuran bahan bakar di ruang bakar.
Prinsip kerja igniter dapat dilihat
pada gambar dibawah. Reluctor G1 menghasilkan signal yang dialirkan ke input
circuit ECU, kemudian menjadi masukan microprosesor ECU. Sedangkan reluctor Ne
sebagai masukan sudut engkol. Microprosesor mengaktifkan Tr1 sehingga Tr1
menjadi ON. Kerja Tr1 pada ECU (1Gt) menjadi masukan dwell angle control
circuit dan mengaktifkan Tr2. Saat Tr2 aktif (ON) maka primer coil dialiri
listrik, setelah sudut dwell sesuai dengan perencanaan maka aliran terhenti,
saat aliran primer koil terhenti maka terjadi induksi tegangan tinggi.
Gambar :
Igniter
Induksi primer koil dideteksi oleh
IGf signal generator yang menjadi masukan bagi ECU sebagai referensi putaran
mesin. Berdasarkan informasi putaran mesin dan kondisi mesin yang lain seperti
beban maupun detonasi maka ECU akan mengatur sudut dwell dan saat pengapian.
b. Injektor
Injektor merupakan salah satu
actuactor yang pokok pada system EFI. Injeksi berfungsi untuk menginjeksikan
bahan bakarkearah katup hisap, bahan bakar keluar dari injector alam bentuk
kabut. Jumlah bahan bakar yang diinjeksikan tergantung dari tekanan bahan
bakar, besar lubang injector dan lama injector membuka.
Pembukaan injector dilakukan secara electromacnetic,
yaitu dengan mengalirkan listrik pada kumparan injector. Saat listrik mengalir
ke kumparan injector maka inti kumparan menjadi magnet, dan magnet menarik
katup injector melawan pegas. Saat jarum injector tertarik maka lubang injector
terbuka dan injector meninjeksikan bahan bakar, bila aliran listrik terhenti
maka kemagnetan yang dihasilkan kumparan hilang, akibat gaya pegas jarum
injector terdorong menutup lubang.
Gambar :
Konstruksi Injektor
Injeksi bahan bakar ke intake
manifold terjadi saat injector mendapat signal dari ECU. Kapan signal dialirka
oleh ECU tergantung dari pola injeksi (injection pattern) yang diterapkan pada
mesin bersangkutan.
Terdapat 5
pola injeksi yaitu :
1. Pola
Simultan
Pola injeksi simultan yaitu semua
injector dirangkai parallel dengan satu signal kontrol, sehingga waktu dan lama
injeksi sama untuk semua silinder. Saat transistor pada ECU “ON” maka terjadi
aliran listrik pada injector sehingga injector terbuka, dan terjadi injeksi
bahan bakar
Gambar :
Pola injeksi Simultan
Saat injeksi terjadi pada akhir
langkah kompresi dan akhir langkah buang silinder 1. Saat injeksi pada akhir
kompresi silinder 1 maka kabutan bahan bakar pada silinder 1 akan menunggu dikatup
masuk, saat katup masuk terbuka maka kabutan bahan bakar akan masuk ke
silinder, hal ini terjadi pula untuk silinder 2 dan 4, karena saat ahir
kompresi silinder 1 maka silinder 2 pada posisi akhir usaha dan selinder 4 pada
akhir buang.
Saat silinder 1 akhir kompresi maka
silinder 3 pada posisi akhir langkah hisap sehingga kabutan bahan bakar dari
injector langsung msuk ke silinder (perhatikan gambar diatas).
2. Pola 2
Group (2 Groups)
Pada pola 2 group maka injector
dirangkai parallel menjadi 2 group, yaitu injector selinder 1 dan 3,
duhubungkan dengan Tr1 dan injector silinder 2 dan 4 dihubungkan dengan Tr2.
Dengan demikian saat Tr1 “ON” maka terjadi injeksi pada silinder 1 dan 3, dan
saat Tr2 “ON” akan terjadi injeksi pada silinder 2 dan 4.
Gambar :
Pola Injeksi 2 Group
Saat injeksi silinder 1 dan 3
terjadi pada akhir langkah buang silinder 1 atau akhir langkah usaha silinder
3. Saat injeksi silinder 2 dan 4 terjadi pada saat akhirlangkah buang silnder 4
atau akhir langkah usaha silinder 2.
Gambar :
Saat Injeksi Pada Pola Injeksi 2 Group
3. Pola 3
group (3 groups)
Pada dasarnya pola 3 group sama
dengan 3 group, namun digunakan pada mesin 6 silinder. Pola 3 group injector
silinder 1 dan 5 diparalel ke Tr1, injector silinder 2 dan 4 diparalel ke Tr2,
dan injector 3 dan 6 diparalel ke Tr3.
Gambar : Pola
Injeksi 3 Group
Saat injeksi silinder 1 dan 5
terjadi pada akhir langkah buang silinder 1 atau awal langkah buang silinder 5.
Saat injeksi silinder 2 dan 4 terjadi pada saat langkah buang silinder 2 atau
awal langkah buang silinder 4. Saat injeksi silinder 3 dan 6 pada saat akhir
langkah buang silinder 3 dan awal langkah buang silinder 6.
4.
Pola Independent
Pola injeksi independent merupakan
pola yang paling ideal karena setiap injector dikontrol oleh ECU secara
individual dengan cara meng “on” – “off” kan transistor pada ECU. Tiap injector
berhubungan dengan 1 transistor yang di kontrol secara mandiri.
Gambar :
Pola dan saat Injeksi Independent
Saat
injeksi tiap selinder dapat tepat pada langkah akhir buang sampai awal langkah
hisap, dengan demikian waktu menunggu pada katup masuk terbuka tidak terlalu
lama, sehingga homogenitas campuran lebih baik dan katup masuk lebih bersih.
5. Pola
Injeksi 2 Tahap (two stage mixing injection timing)
Pola injeksi tipe ini digunakan pada
system injeksi langsung (direct injection), dimana injector dikontrol secara
independent, saat injeksi keruang bakar dilakukan 2 kali, yaitu sat langkah
hisap dan langkah kompresi. Pada injeksi pertama terjadi campuran miskin yaitu
1:60 sedangkan injeksi kedua akan terjadi campuran kaya yaitu 1:12. Dengan pola
injeksi tersebut diperoleh konsumsi bahan bakar yang ekonomis dengan performa mesin
yang lebih optimal.
Gambar :
Sistem Injeksi Langsung
c. Kontrol
Durasi Injeksi (Injection Duration Control)
Jumlah injeksi bahan bakar
dipengaruhi oleh tekanan bahan bakar, besar lubang injector dan lama injector
terbuka. Tekanan bahan bakar diatur tetap oleh regulator tekanan, besar lubang
injector dibuat tetap, dengan demikian untuk menentukan jumlah injeksi bahan
bakar diatur dengan menentukan lama injector “ON”. Lama injector “ON” disebut
durasi injeksi. Semakin besar durasi injeksi semakin banyak jumlah bahan bakar
yang di injeksikan.
Durasi injeksi dikontrol oleh ECU
berdasarkan masukan dari sensor jumlah udara (air flow meter/MAP sensor),
Putaran mesin (ignition coil/NE signal), temperatur mesin (Coolant temperature sensor),
posisi katup gas (throttle position sensor), emisi gas buang (oxygen sensor).
Gambar :
Komponen sistem control injeksi
Durasi injeksi dapat dikelompokkan
menjadi 2 yaitu saat starter mesin dan setelah starter mesin. Sistem control
yang bekerja adalah sebagai berikut :
1. Durasi
injeksi saat starter
Durasi injeksi saat starter mesin
terdiri dari durasi injeksi dasar dan koreksi durasi saat starter. Koreksi
durasi saat starter adalah koreksi temperatur udara masuk dan koreksi tegangan
baterai.
a. Durasi
injeksi dasar (Basic Injection Duration)
Durasi injeksi dasar ditentukan berdasarkan 2
faktor utama, yaitu :
·
Jumlah udara yang masuk kedalam silinder dari sensor air flow
meter untuk EFI-L atau MAP sensor untuk EFI-D.
·
Putaran mesin dari NE signal.
b. Koreksi
temperature udara masuk (intake Air Temperature Correction)
Koreksi temperature udara masuk merupakan
penambahan lama injeksi sebagai koreksi temperatur udara yang masuk. Saat
dingin pada volume yang sama udara lebih berat dibandingkan saat panas, oleh
karena itu perlu koreksi agar perbandingan udara bahan bakar (AFR) tepat.
Temperatur udara yang masuk dideteksi oleh sensor AirTemperature Sensor.
Standar AFT pada temperatur 20 C.
c. Koreksi
Baterai (Battery Correction)
Koreksi baterai merupakan penambahan lama
injeksi sebagai koreksi perubahan tegangan baterai. Pada saat starter tegangan
baterai menurun (voltage drop), sehingga injector tidak segera membuka walaupun
signal ECU sudah “ON”, kondisi tersebut dapat menyebabkan kesalahan jumlah
injeksi.
Durasi injeksi saat starter dapat digambarkan
sebagai berikut :
Gambar : Durasi injeksi saat starter
2. Durasi
Injeksi Setelah Starter
Durasi injeksi setelah starter mesin terdiri
dari :
Ø Durasi
injeksi dasar (Basic Injection Duration Control)
Ø Koreksi
durasi injeksi (Injection Correction)
Ø Koreksi
tegangan baterai (Voltage Cprrection)
Durasi
injeksi setelah starter dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar :
Durasi injeksi setelah starter
Koreksi
durasi injeksi setelah starter dipengaruhi leh beberapa faktor, diantaranya :
ü Koreksi
temperatur udara masuk (Intake air temperature correction)
ü After
ü -start Enrichment
ü Warm-up
Enrichment
ü Air-fuel
Ration During Transition
ü Power
Enrichment
ü Air Fuel
Ration Feedback Correction
ü Idling
Stability Correction
ü High
Attitude Compesation Correction
ü Fuel Cut
a. Koreksi temperatur udara masuk (Intake Air
Temperature Correction)
Koreksi temperatur udara masuk merupakan
penambahan lama injeksi sebagai koreksi temperatur udara yang masuk dideteksi
oleh sensor Air temperature sensor. Standar AFR pada temperatur 20 C.
b.
Penambahan setelah start (After-start Enrichment)
Penambahan setelah starter merupakan
penambahan jumlah injeksi sehingga campuran lebih kaya (enrichment) untuk
menjaga mesin stabil setelah mesin hidup. Fungsi koreksi ini berdasarkan sensor
emperatur mesin.